Senin, 04 Januari 2010

RUMPUT LAUT KARIMUNJAWA "THE SLEEPING GIANT"


Jepara- Potensi sektor perikanan budidaya terutama rumput laut Eucheuma cottoni di Kepulauan Karimunjawa belum dimanfaatkan secara maksimal. Hal ini terlihat dari total pemanfaatan lahan untuk budidaya masih minim yaitu baru sekitar 20% (sekitar 240 Ha) dari total lahan potensial yang ada. Data produksi yang tercatat sampai dengan Desember 2009 total produksi baru mencapai 350 ton kering atau sekitar 3.500 kg basah dengan nilai sebesar hampir 3,5 milyar rupiah. Nilai ini masih sangat mungkin untuk ditingkatkan dengan melihat potensi yang ada.

Adalah Abdul Azis yang berprofesi sebagai guru SD namun beliau merupakan salah satu pionir pengembangan budidaya rumput laut di Karimunjawa lewat bendera Kelompok pembudidaya rumput laut “ Bintang Laut” . Lewat kerja kerasnya beberapa tahun lalu berhasil menjadi juara tingkat nasional pada budidaya rumput laut. Dalam Perjalanannya pasang surut pengembangan terjadi, dimana sempat mengalami penurunan produksi akibat permintaan pasar yang menurun bahkan produksi basah pembudidaya terbuang sia-sia. Memasuki periode tahun 2006 kegiatan budidaya rumput laut mulai menggeliat dimana puncaknya antara tahun 2008 s/d 2009 mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan diiringi dengan peningkatan permintaan pasar rumput laut. Periode puncak musim tanam di Karimunjawa rata-rata terjadi pada bulan April s/d Desember 2009.

Kelembagaan dan kemitraan

Kelembagaan kelompok secara umum belum terbangun dengan baik pada masing-masing kawasan, begitu pula hal nya lembaga penunjang lain seperti koperasi pembudidaya belum terbentuk padahal sangat penting dalam rangka membantu mempermudah para pembudidaya untuk mendapatkan akses produksi, permodalan dan akses pasar. Sedangkan pola kemitraan pasar sudah mulai terbangun cukup baik antara pembudidaya dengan pengepul lokal, begitu pula antara pengepul lokal dengan mitra pasar (eksportir) dalam hal ini PT. Indo Carrageen, namun demikian kemitraan ini masih bersifat alami dan fleksibel sehingga diperlukan advokasi guna memperkuat pola yang dibangun agar bisa berjalan saling menguntungkan dan berkelanjutan.

Perlunya membangun sistem kluster

Tampaknya kondisi ini belum sepenuhnya menjadi perhatian yang serius dari pemerintah daerah. Ide-ide pengembangan ekonomi lokal melalui pendekatan kluster belum direspon dengan baik. Padahal pendekatan kluster pada sektor perikanan budidaya memungkinkan adanya peningkatan produktivitas usaha serta kapasitas produksi sebagaimana yang telah dituangkan dalam program 100 harinya Departemen Kelautan dan Perikanan.

Jepara belum mempunyai ikon komoditas perikanan yang diunggulkan

Sudah saatnya Jepara mempunyai ikon komoditas yang bisa diunggulkan dan menjadi penggerak ekonomi lokal daerah, sehingga potensi yang adanya bukan hanya sebagai “Sleeping Giant” namun harus segera dibenahi melalui peran kebijakan strategis (Grand Strategy) pada sektor perikanan budidaya. Sehingga bukan hanya menekankan produksi supaya meningkat namun perlu adanya ada intervensi kebijakan yang memihak pada pelaku utama. Peningkatan produksi tentunya harus dibarengi oleh peningkatan kapasitas/skala usaha sehingga roda usaha perikanan budidaya akan berjalan secara berkelanjutan. Peningkatan kapasitas usaha tentunya tidak terlepas dari mata rantai unit usaha yang lain, jadi intinya sistem kluster mutlak diterapkan jika Jepara ingin memiliki unggulan di sektor Perikanan Budidaya.

Di posting oleh : Cocon Sidiek, S.Pi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan berkunjung ke blog kami untuk melihat informasi seputar sumberdaya rumput laut di Kabupaten Jepara